Senin, 30 September 2013

Membeli Masa Depan Dengan Harga Sekarang (Peresmian Gedung Al-Ghazali)

Rabu (8/5), Dalam rangka menyongsong lahirnya Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) al-Ghazali Cilacap, segenap panitia bahtsul masail nasional IAIIG Cilacap bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan RI menyelenggarakan Sosialisasi Kurikulum Nasional 2013. Acara ini dihadiri oleh segenap dosen, mahasiswa IAIIG Cilacap, serta guru-guru kalangan YABAKII dan LP Ma’arif NU Cilacap. Acara dibuka oleh Kepala KUA Kesugihan, H. Aziz Muslim pada pukul 13.54 WIB, meleset 54 menit dari jadwal yang tertera pada undangan. 


Setelah pembukaan dengan bacaan surat al-Fatihah, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Qur`an dan shalawat oleh Ustadz Sholahuddin al-Ayyubi, Qori’ dari Cilacap. Bersama Umi Fadilah, S. Ag. salah satu dosen IAIIG Cilacap, segenap hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Terasa ada sensasi hikmat, khusyu’, dan semangat di antara hadirin ketika menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia ini. Sosialisasi Kurikulum Nasional 2013 sebagai acara inti ini, panitia mengundang Menteri Pendidikan Republik Indonesia (Mendikbud RI), Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA sebagai pembicara. Namun, beliau berhalangan hadir sehingga beliau menunjuk Prof. Kacung Marijan, M.A, pelaksana tugas (plt) Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan untuk mewakilinya. Sosialisasi dimulai dengan sebuah pertanyaan yang kerapkali ditanyakan, “mengapa kurikulum dan menteri pendidikan sering berganti-ganti?” Namun beliau tidak langsung menjawabnya.


Pria kelahiran lamongan ini menuturkan, berdasarkan penelitian oleh Mc Kenzie Global Institute Indonesia berpeluang masuk ke 16 besar ekonomi dunia, dan pada 2030 akan menempati posisi ke 7, melewati Inggris dan Jerman. Masih merujuk pada ramalan Mc Kenzie Global Institute, 17 tahun lagi Indonesia akan mengalami peningkatan kebutuhan tenaga kerja dari 45 juta menjadi 135 juta. Pada tahun antara 2013-2030 Indonesia mendapatkan bonus demografi yaitu peningkatan penduduk usia produktif sebesar 17%, sehingga bisa menempati posisi 16 besar ekonomi dunia dan ke 6 untuk 17 tahun ke depan.

Penduduk Indonesia akan menempati daerah-daerah urban yang menyediakan banyak lapangan pekerjaan. Mobilitas besar-besaran bukan? Daerah pedesaan seperti di Cilacap akan berubah menjadi daerah perkotaan, ungkapnya. Dua tahun lagi Indonesia akan bergabung dengan Asian Community, sehingga orang-orang Indonesia bisa bekerja di negara anggota Asian Community dengan bebas, begitupun sebalinya. Terdapat perbedaan signifikan antara tenaga kerja dari Indonesia dengan dari negara Asia lainnya, misalnya Singapore. Gaji 1 orang professional Singapore sama dengan gaji 1000 tenaga kerja Indonesia. Bukan perbedaan yang bisa diabaikan begitu saja. Bayangkan apabila 1000 tenaga kerja tersebut menjadi professional.

Untuk mengantisipasi hal diatas, maka butuh terlebih dahulu mendesain orang-orang Indonesia agar menjadi tenaga kerja yang terampil. Inilah yang menjadi orientasi dari Kurikulum Nasional 2013, membentuk pribadi yang terampil, profesional, berilmupengetahuan serta berahlak. Studi menunjukkan bahwa orang-orang dengan Indeks Prestasi (IP) mencapai 4 kurang sukses di dunia kerja. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan saja tidak cukup, akan tetapi dibutuhkan keahlian dalam membina komunikasi dan membentuk kerjasama dengan orang lain atau kita sebut akhlak. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.

Ada pensejajaran antara standar isi, penilaian, dan kompetensi lulusan pada kurikulum sebelumnya. Padahal, ada yang namanya proses dan hasil. Masing-masing harus diberi porsi yang sesuai. Kurikulum ini diharapkan menghasilkan pribadi yang memiliki kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. “Pinter tapi arogan, merendahkan orang lain, apa bisa sukses?” tentu orang lainpun enggan untuk bekerjasama, tambahnya. Plt mendikbud yang merangkap jabatan sebagai Staf Ahli Mendikbud Bidang kerjasama Internasional ini mencontohkan kejanggalan dalam kurikulum sebelumnya dengan buku IPS Kelas 1 SD. Di halaman pertama, berarti hari pertama sekolah, isinya mengasumsikan bahwa siswa-siswa sudah bisa membaca.

Kata beliau, “Apa ini tidak terlalu membebani? Masa kelas 1 SD hari pertama sekolah harus sudah bisa membaca.” Di halaman 3, yang berarti pertemuan ke 3, siswa sudah diperintahkan untuk menulis identitas. Idealnya, pelajaran yang didahulukan adalah mengenai pembelajaran membaca dan menulis. Bahkan ada sekolah dasar yang mensyaratkan tes bagi siswa barunya. Tentang bahasa inggris yang tidak lagi diajarkan di tingkat SD, beliau menyatakan bahwa bahasa inggris bukan mata pelajaran wajib dalam kurikulum. Kurikulum yang ada sifatnya minimal, jadi masih boleh ditambahkan. “Bahkan jika MTs mau mengadakan mata pelajaran seperti nahwu shorof, silahkan”, kata beliau disambut tawa riuh hadirin.

Sekolah-sekolah unggulan sudah menerapkan model tematik-integral. Penyampaian mata pelajaran dengan tema-tema tertentu yang diintegrasikan satu sama lain. Apa kita rela sesuatu yang bagus ini hanya dinikmati beberapa sekolah saja? Yang diharapkan adalah model ini dapat dinikmati oleh seluruh sekolah di Indonesia. Akan tetapi, dalam mengubah sesuatu pasti ada tantangan. Termasuk di dalam mengubah kurikulum di Indonesia. Implementasi kurikulum baru dilaksanakan secara bertahap dan terbatas. Bertahap berarti tidak pada semua tingkat pendidikan, sedangkan terbatas hanya mencakup 5% dari seluruh SD di Indonesia dan 7% SMP di Indonesia.

Memang mungkin akan adanya pihak yang dirugikan. Tapi ini bukan masalah untung rugi, prinsip Kementerian Pendidikan adalah ‘Membeli masa depan dengan harga sekarang’. Kurikulum ini bukan semua mudah, tapi yang jelas banyak manfaatnya. Pria yang mendapat gelar P.hd di Australia tersebut sedikit bercerita bahwa dirinya pernah bertemu dengan salah seorang kepala sekolah SD dari Singapura. Kepala sekolah SD di Singapura itu adalah mantan dosen di Singapore International University dan lulusan dari Oxford University.

Motifnya, SD merupakan tempat strategis, fondasi bagi Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa. Sehingga fondasi pendidikannya juga harus kuat dengan menyajikan tenaga pengajar yang kompeten. Jika tenaga pengajar kurang kompeten, maka penduduk di usia produktif ini akan menjadi kurang berkualitas. Masih mending ketika sekedar tidak mendapat lapangan pekerjaan, bagaimana jika sampai terjerumus ke narkotika, maka yang terjadi adalah disaster demografi. “Itu lebih gawat lagi”, tambah beliau.

Pendidikan bukan hanya dibebankan pada urusan pemerintah, akan tetapi semua elemen masyarakat. Jika tanpa NU, Muhammadiyyah, Taman Siswa maka kata beliau “mau jadi apa Indonesia? Saya juga lulusan ma’arif.” Ungkapnya mantap. Sehingga beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya pendidikan di Indonesia, terutama para kyai dan ‘alim Ulama. Tentang ujian nasional, beliau berkomentar “ada ujian diawasi saja masih bisa nyontek, apalagi kalau tidak ada ujian, yang tidak sekolah pun bisa punya ijazah.” Beliau ungkapkan bahwasanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh sekarang sedang dalam kondisi yang dianalogikan seperti keadaannya Nabi Ayyub yang terkena musibah keras. Jadi tindakan yang harus diambil jangan dulu-dulu sampai seperti Nabi Sulaiman yang kaya raya, isteri banyak dan sebagainya.

Juga sebagaimana Arjuna yang dicoba dengan 3 tingkatan cobaan agar bisa mengalahkan raja digdaya angkara murka. Sebelum mengakhiri sosialisasi, beliau sempat bergurau dengan mengatakan bahwa presiden Indonesia sekarang dari Pacitan, “ada huruf ‘C’nya lho”. Untuk tahun 2045 mungkin dari daerah yang ada ‘C’nya juga, “Cilacap lah” kata beliau disambut oleh tawa riuh dari semua hadirin. Acara ditutup pada pukul 15.03 dengan do’a dipimpin oleh KH. Chasbullah Badawi, Pengasuh Ponpes Al-Ihya ‘Ulumaddin. Kemudian dilanjutkan peresmian gedung al-Ghazali I dan penandatanganan prasasti dipimpin oleh pelaksana tugas (plt) Dirjendikbud didampingi Rektor IAIIG Cilacap, Katib Aam PBNU, KH. Chasbullah Badawi, Wakil Bupati Cilacap, PCNU Cilacap, dan staff IAIIG Cilacap. Acara peresmian dilanjutkan dengan Bahtsul Masail nasional yang menghadirkan PBNU dan ulama-ulama dari seluruh Cilacap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar