Jumat, 22 November 2013

Jum'at Kliwon Antara Ibadah, Sedekah Laut dan Kuda Lumping

Ditulis Oleh : Imam Turmudzi
Kawunganten, pada hari ini Jum’at 22 November 2013 entah kenapa berbeda dengan jum’at yang lain. Berbeda karena bertepatan dengan jum’at kliwon bulan Muharam atau orang jawa menyebutnya bulan sura. Bertepatan dengan itu sering kali dilaksanakannya acara sedekah laut atau disebut Larungan, hanya saja acara tersebut harus dilaksanakan di tepi pantai. Biasanya yang sering melakukan hal tersebut adalah para nelayan setempat sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap rezeki yang telah mereka dapatkan dari hasil melaut selama setahun ini.


Untuk daerah cilacap yang notabene merupakan daerah tepi pantai, melaksanakannya acara sedekah laut sebagai sebuah acara tahunan sekaligus menjadi wisata khas daerah. Dan karena sudah menjadi wisata maka acara sedekah laut di Cilacap pun sudah terkenal di Jawa Tengah. Karena hal tersebut sudah menjadi adat dari para nelayan setempat biasanya tidak saja hanya acara larungan saja, setelah acara larungan diadakan acaara hiburan. Adapun acara larungan itu sendiri dilaksanakan sebelum waktu dzuhur atau sekitar pukul 11an.
Acara hiburan pun berbeda dengan acara hiburan pada umumnya yang mengadakan dangdut maupun konser, acara hiburan pasca larungan biasanya kuda lumping atau disebut ebeg. Dan pada malam harinya dihelat pagelaran wayang kulit sebagai bentuk hiburan para nelayan. Namun untuk acara hiburan kuda lumping dan wayang kulit tidak harus dilakukan di tepi pantai, bisa dilakukan dimana saja.
Disebuah daerah di Cilacap bagian barat yang konon masih banyak sekali orang-orang yang meyukai pagelaran kuda lumping dan wayang kulit, begitu mengetahui hari ini adalah hari Jum’at Kliwon maka para pemilik paguyuban kuda lumping menggelar acara kuda lumping setelah jum’atan dengan suka rela tanpa menarik uang kepada para pengunjung.
Menjadi keprihatinan tersendiri karena mereka ternyata lebih memilih menyiapkan acara kuda lumping daripada menyiapkan diri untuk melaksanakan ibadah wajib Sholat Jum’at, walaupun acara-acara tersebut sudah punya waktu tersendiri. Menurut adat acara larungan harus sudah selesai sebelum waktu dzuhur masuk, dan acara hiburan pun boleh dilakukan kapan saja. Namun tetap saja mereka tidak memperhatikan waktu sholat yang hanya membutuhkan waktu 45 menit saja dibandingkan menyiapkan dan mengadakan acara hiburan kuda lumping yang membutuhkan waktu 4 jam.

Dan kita hanya mampu merenung dan berKhusnudzon saja, hal ini hanya setahun sekali. Jadi untuk merayakannya dapat dimaklumi. Dan berharap acara-acara itu tidak dilihat sebagai sebuah keyakinan, dan hanya sebagai sebuah hiburan semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar