Rabu, 17 Februari 2016

MENULIS ADALAH MENCIPTA NILAI

            Menulis adalah seni memahat kata-kata, demikian sebagian penulis mengatakan, sebenarnya tidak hanya memahat, tapi mencipta nilai (ini yang penting). Dengan begitu, tulisan hadir bukan sekedar menjadi bahan bacaan, pelepas ‘lapar dan dahaga’ pikiran atas ilmu pengetahuan. Tulisan hadir untuk memberikan pencerahan kepada manusia untuk mengenal Allah, sekaligus sebagai wakil tafsir atas suguhan ayat Kauniyah dan KauliyahNya. “Menulis adalah mencipta kenyataan atas kenyataan yang tersembunyi untuk menumbuhkan keberanian dalam mengarungi hidup.” Demikian kata Reni Nuryanti, penulis Biografi Inggit ganarsih dan istri-istri soekarno.

            Jika seseorang berfikir bahwa membuat karya tulis karena faktor bakat yang dimiliki, maka berarti ia mempunyai kesalahan besar dan mendasar tentang dunia tulis menulis. Dan sifat umum dari pekerjaan apapun jika mempunyai awal atau dasar yang salah, maka sangat sulit untuk meraih hasil yang sempurna. Keyakinan yang salah ini menjadi faktor atau penyebab paling sering seseorang menyerah terlebih dahulu sebelum menulis.
            Dari menulis, anda bisa mengembangkan diri sebagai wartawan, reporter, kolumnis, analisis, editor, redaktur konsultan, penulid buku, copywriter, sekretaris ahli, peneliti, staf ahli menteri dan lain-lain. Dari dunia menulis pula anda bisa masuk dalam bisnis media massa seperti koran, tabloid, majalah, penyiar radio, televisi, penerbitan buku, dan sebagainya. Berjuta peluang dan keuntungan yang menanti anda dengan profesi sebagai penulis independen.
            Dan yang perlu diketahui dalam dunia tulis menulis kekreatifan adalah menjadi syarat mutlak berproses. Selain proses waktu, juga dibutuhkan keuletan tersendiri. Yang mana bekal utamanya adalah ketekunan, kesabaran dan kecerdasan. Tekun artinya kesanggupan untuk terus bekerja mengatasi segala kerumitan, sabar artinya sanggup untuk berproses dalam waktu yang panjang, dan cerdas berarti harus siap menjadi pembelajar sepanjang hidup. Ketiga hal tersebut bisa diketahui, dipelajari dan diwujudkan selama kita memiliki tekad untuk berhasil. Ada banyak cara untuk menjadi pembelajar terkait dengan profesi seorang penulis. Bisa secara otodidak, rajin ikut pelatihan, hobi diskusi dengan para senior dan teman-teman, membaca buku karya orang lain, dan belajar hidup dan kehidupan dari para penulis senior yang lebih dulu berpengalaman.
            Penulis dan karya-karyanya akan selalu dibutuhkan sejauh masyarakat itu sendiri sedang bergerak ke arah kemajuan. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan menggali nilai-nilai etis, etos, dan juga perilaku melalui bacaan. Di negeri ini sekalipun perkembangan minat baca dan minat tulis tergolong sangat lambat, tetapi buku tetap menjadi bagian penting yang selalu mendapat tempat di masyarakat. Setiap tahun selalu ada generasi yang memiliki minat menjadi kutu buku dan menjadi penulis.
            Pertanyaannya melihat kebutuhan asasi seperti itu, tentunya “Apa yang harus dilakukan seorang penulis? Bagaimana memproses atau berproses menjadi penulis yang memiliki guna tinggi di masyarakat? Peluang dan tantangan apa saja yang dihadapi penulis? Bagaimana mengatasi problematika penulisan? Apa saja yang dibutuhkan untuk menjadikan kegiatan-menulis kita berkembang? Nah, temukan jawabannya untuk digali lebih jauh mengenai pertanyaan di atas dalam Buku Genius Menulis, Penerang Batin Para Penulis yang ditulis oleh Faiz manshur. Sosok penulis yang sudah berpengalaman dalam dunia kepenulisan maupun penerjemahan di Perusahaan Portalkata Indonesia ini.
            Dalam buku setebal 286 halaman ini juga diungkap berbagai rahasia bagaimana lentera hati seorang penulis produktif juga dinyalakan, dimana seorang penulis tidak hanya mampu merakit kata-kata. Namun kerja batiniahpun dilibatkan agar gugus kata mampu menembus kabut kebuntuan. Karena suatu saat hati kita gelisah karena ternyata kenyataan getir sering melakoni hidup ini. Gurun yang gersang. Hari-hari yang terjal, gemuruh angin menerpa tubuh dan bisikan setan terus berupaya menghentikan langkah kita.
            Penulis sepak terjang K.H. Chudori tegalrejo ini juga menyingkap dalam buku ini Bagaimana mematahkan mitos bakat dengan kerja keras, mengatasi tekanan pikiran dan batin saat menulis. Menyingkap evolusi bahasa sebagai pijakan berkarya, mengenal dunia penerbitan dan pasar buku.
            Buku ini dibagi atas lima bagian yang saling berkesinambungan dalam mengarungi kehidupan menjadi penulis. Bagian satu mengenai jalan hidup penulis. Bagian kedua menggali potensi, mengemukan arah. Bagian ketiga tentang hakikat kerjanya. Bagian empat mengenai realitas penulis, penerbit, dan pasar buku. Bagian kelima termasuk bagian terakhir tentang memetik kearifan luar.
            Pada bagian satu penulis mengemukakan tiga hal mendasar. Pertama, posisi dan kontribusi seorang penulis di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, keberadaan penulis terkait dengan uang, pekerjaan dan jati diri. Ketiga, pentingnya memahami potensi diri dan mengenal hambatan kehidupan seorang penulis.
            Agar dapat meraih sukses, orang harus berpegang pada prinsip, memiliki keyakinan bahwa kita mampu melakukan sesuatu, dan benar-benar dibuktikan secara nyata dalam wujud karya. Dan ada beberapa hal yang bisa menjadi cara untuk mengenali dimana letak potensi dan kelemahan kita, yakni hasrat untuk menyebarkan ilmu pengetahuan melalui karya tulis, hasrat berpatisipasi pada pengembangan kehidupan, hasrat untuk membuktikan diri tidak seperti kebanyakan orang yang tidak bisa menulis, hasrat untuk diakui masyarakat “sebagai orang” melalui karya tulis, dan lain sebagainya. Tujuan pemetaan ini adalah supaya kita bisa memaksimalkan dan mempertahankan potensi serta menyingkirkan hambatan-hambatan klasik yang sering menimpa para penulis.
            Setelah mengenal seluk-beluk kehidupan penulis dalam bagian awal, bagian ke-dua penulis mengemukakan beberapa solusi terpenting untuk mengatasi problematika pikiran dan perasaan penulis, memroses kerja secara efektif dan produktif dan bagaimana memotivasi diri agar terus berkarya dalam jangka panjang, kama qola penulis buku Genius Menulis, penerang batin para penulis ini sendiri “aku dan naskahku adalah dua senyawa kimiawi, pertautan keduanya menggerakkan transformasi. (Faiz Manshur)”.
            Pada bagian tiga, penulis mengajak ke arah pemikiran yang lebih konkret tentang realitas kerja menulis untuk mendapatkan pemahaman filosofis evolusi bahasa untuk mencapai produktivitas penyusunan kata, kalimat, paragraf hingga menjadi buku. Kiat menghubungkan gagasan-gagasan genius dengan teknis penulisan, kiat-kiat praktis melahirkan pemikiran yang otentik dalam sebuah tulisan, mengatasi masalah pekerjaan dan lingkungan, dan cara mengubah paradigma berpikir dari kesempitan menjadi kesempatan juga disebutkan dalam bab ini oleh penulis. Karena penulis berpendapat bahwa menulis itu butuh teori, yakni teori menuliskan sesuatu yang tidak ada dalam teori. Sebab teori menulis serupa barang mustahil yang hanya bisa diucapkan tetapi tidak bisa diwujudkan.
            Setelah tiga bagian sebelumnya membicarakan masalah internal kehidupan penulis, pada bagian empat penulis buku Genius Menulis-Penerang Batin Para Penulis ini, mencoba mengantarkan untuk melihat juga ruang lingkup yang lebih luas terkait dengan hubungan karya dengan pasar buku, hubungan penulis dengan penerbit, dan terobosan kreatif agar naskah mendapatkan nilai jual luas di masyarakat. Diakui atau tidak, sikap iri atas kesuksesan penulis lain adalah penyakit pikiran, atau bahkan bisa menjadi penyakit hati manakala kita tidak punya hati yang lapang untuk mempelajari mengapa dia sukses sedang kita yang merasa lebih cerdas tidak kunjung menghasilkan karya sukses.

            Faiz Manshur mengajak kita untuk berguru dan memetik kearifan dunia luar dalam buku ini pada bagian akhir (bagian lima) sebelum menutup tulisannya. Dengan belajar dari bacaan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan dan nilai lebih, pergaulan sesama penulis, ilmuwan dan masyarakat, dan menyikapi karya orang lain dan penulis lain secara positif untuk bekal berkarya kita dapat melangsungkan produktivitas. Dia menuturkan bahwa guru yang paling baik adalah pembaca yang mengapresiasi naskah kita. Karenanya kita bisa belajar untuk memahami apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Golongan penulis terbaik adalah yang kutu buku, karena saking ambisiusnya, setiap kali membaca orientasinya adalah untuk mendapatkan bahan bagi munculnya ide, inspirasi atau bisa juga untuk dikutip pada bagian-bagian yang menarik. 

JUDUL BUKU         : Genius Menulis : Penerang Batin Para Penulis
PENULIS                  : Faiz Manshur
PENERBIT               : Nuansa Cendekia, Bandung
TAHUN TERBIT     : Cet. 1, Januari 2012
TEBAL BUKU         : 286 Halaman, 15,5 x 23,5 Cm
PERESENSI             : Mochamad Toyib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar